5 Fakta Tentang Desa Trunyan Dengan Tradisi Pemakaman Yang Unik

Pulau Dewata menjadi destinasi favorit wisatawan domestik maupun mancanegara. Namun selain pantainya yang menawan, Bali juga memiliki sejumlah tempat wisata cantik yang sayang untuk dilewatkan. Salah satunya adalah Desa Truyan.

Terletak di Kecamatan Kintamani, desa ini selama ini menarik perhatian wisatawan domestik maupun mancanegara. Apa daya tarik sebenarnya dari daerah ini? Tempat ini benar-benar unik dan memiliki tradisi pemakaman yang berbeda. Lihat ulasan di bawah ini untuk lebih jelasnya.

1. Pemakaman yang tidak mengadakan pemakaman

Desa Trunyan terkenal dengan tradisi pemakamannya yang unik. Ini berarti bahwa orang mati di kota ini akan dimakamkan di depan umum. Tentu saja ini tidak biasa dibandingkan dengan prosesi pemakaman yang sering kita lihat. Di sini, jenazahnya berada tepat di bawah pohon keladi Minyan. Namun uniknya, ia diformulasikan dan dibiarkan melalui proses biodegradable.

2. Meski tidak dikubur, jenazah yang dikubur di sini tidak mengeluarkan bau tak sedap.

Meski dibiarkan terbuka tanpa dikubur dalam tanah, jenazah di makam Tronian tidak dianggap sebagai penyebab bau tak sedap itu. Namun bau harum yang berasal dari daerah ini.

Desas-desus mengatakan bahwa bau menyengat yang meresap ke kota telah membuat penduduk kota dalam keadaan yang aneh dan banyak yang masuk angin. Setelah ditelusuri, ternyata bau menyengat itu berasal dari pohon bernama Taru Menyan.

Kemudian, diputuskan untuk menggunakan tempat ini sebagai kuburan agar bau busuk tidak lagi mengganggu penduduk desa. Pohon-pohon dengan bau khas yang kuat telah dicoba di daerah lain, tetapi hanya bisa tumbuh di daerah ini. Keunikan pohon ini rupanya sudah menjadi cikal bakal nama desa Truyan. Oleh karena itu, penduduk setempat percaya bahwa akar pohon ini dapat menyerap bau busuk.

3. pohon Talas berusia seribu tahun

Menurut cerita yang beredar di masyarakat, pohon Taru Menyan diyakini berusia ribuan tahun. Namun anehnya, ukuran pohon tidak berubah secara signifikan. Bahkan setelah evolusi pohon, para ahli belum menemukan penjelasan ilmiah tentang kemampuannya menyerap bau mayat.

Penduduk setempat percaya bahwa pohon itu tumbuh dengan mendapatkan nutrisi dari alam, bukan hanya mayat di bawahnya. Diyakini bahwa tanaman merambat dari pohon yang memanjang menyerap semua yang ada di sekitarnya. Ada juga cerita bahwa energi negatif diserap oleh pohon ini dan bagian ini menjadi bersih.

4. Tidak semua orang mati bisa ditempatkan di makam ini.

Warga setempat memiliki ketentuan tersendiri terkait pemakaman. Jenazah yang dapat dikubur di bawah talas juniper adalah mereka yang dinikahkan karena kematian yang wajar. Objek tulang dikumpulkan bersama dengan objek lain di dekat akar pohon dan dapat digunakan untuk objek baru.

Keunikan lainnya adalah bodinya dilapisi sangkar bambu “Ancak”. Situs pemakaman orang yang meninggal karena sebab alami disebut Samawea. Orang yang meninggal secara tidak wajar disebut Sema Bantas, dan bayi serta anak kecil disebut Sema Muda.

Salah satu syarat uniknya adalah jumlah jenazah di lahan dekat Pohon Trunyan tidak boleh lebih dari 11. Itu diatur oleh kepercayaan tradisional masyarakat setempat. Namun, satu talas juniper hanya bisa menetralisir 11 mayat, sehingga ada lagi mayat yang akan berbau.

5. Barong Brutuk hanya tersedia di Truyan.

Tarian Barong sangat kuno dan hanya bisa dilihat di desa Trunyan. Latihan sakral ini biasanya tidak dilakukan dan hanya dilakukan setiap dua tahun sekali pada saat upacara Pudalan atau Ngusava Kapat di pura Bansingh Jagat di desa Trunyan. Tarian ini menggambarkan kehidupan nenek moyang kita dahulu.

Menurut sumber, Barong Protok ini adalah pengikut keturunan Trunyan: Ratu Sakti Bansingh Jagat dan istrinya Ratu Ayu Dalem Bengit Dasar. Pakaian Barong Brutuk sangat sederhana. Seikat daun pisang kering (Keraras) yang konon hanya bisa dipanen di Desa Fingan.

You May Also Like

About the Author: admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *