Jika Anda berniat untuk mengunjungi atau melakukan perjalanan ke area tertentu, adalah tepat untuk mematuhi semua aturan, norma, dan hukum yang berlaku. Seperti katanya, “Bila bumi diinjak-injak, langit terbit”. Sebuah daerah yang terkenal dengan adat Minangkabau. Berikut 7 kebiasaan yang harus diikuti para traveler. Apa ini? Simak ulasannya di bawah ini.
1. Adat dan Savannah Adat
Adat nan sabana adat berarti takdir atau kehendak Tuhan. Sifatnya tetap dan tidak pernah berubah. Menerapkan kebiasaan ini dalam kehidupan sehari-hari mendefinisikan prinsip-prinsip kehidupan. Kami ingin selalu berbuat baik dan saling menghormati.
Oleh karena itu, para pelancong yang berkunjung ke tanah Minang harus menghormati warga dan budaya serta selalu menjaga ketertiban satu sama lain.
Kebiasaan ini harus diingat ya, traveler.
2. Disesuaikan dan disesuaikan
Adat ini menekankan nilai-nilai budaya atau budaya leluhur yang tidak menyalahi aturan Islam. Inilah yang kemudian dikenal dengan adat nan diadatkan.
Rentang rentang hidup yang diatur oleh adat nan sangat luas. Dimulai dari hal-hal kecil seperti makan, minum, jalan-jalan dan bersosialisasi, hampir setiap aspek kehidupan sosial diatur oleh adat dan tradisi.
Jadi, jika Anda berada di Minangkabau, Anda harus sopan dalam berpakaian, menjaga sopan santun di depan umum, dan tentu saja tetap berbicara saat berkomunikasi. Hal ini dilakukan agar tidak bersinggungan dengan penduduk lokal dan wisatawan.
3. Peralatan Nantradat
Adat ini dikaitkan dengan identitas dan kesatuan etnis dan daerah. Oleh karena itu, kebiasaan ini erat kaitannya dengan kehidupan kita sehari-hari. Dengan demikian, kebiasaan ini dapat mengurangi gesekan dalam masyarakat yang biasanya disebabkan oleh perbedaan suku, identitas, dan daerah.
Jelasnya, bagi wisatawan dari luar daerah Minangkabau, jangan menyebut suku dan identitas daerah tersebut. Karena sangat sensitif dan bisa menimbulkan masalah. Ada baiknya saling menghormati agar liburan bisa lebih menyenangkan.
4. Tarif
Adat ini merupakan semacam aturan yang muncul dengan sendirinya akibat interaksi antara penduduk Tanami Nang dengan masyarakat dan dunia luar (dalam hal ini pendatang). Untuk itu, adat memegang peranan penting dalam perkembangan wilayah Minangkabau, namun tetap mempertahankan aturan adat.
Akibat dari kebiasaan tersebut, terdapat berbagai macam tradisi atau permainan yang berkembang hingga saat ini. Oleh karena itu, ada baiknya untuk menghormati semua budaya yang ada sebagai warisan budaya saat berkunjung ke Tanami Nang.
5. Tradisi Bali Mau di Minang
Travelers, jika Anda berkunjung ke wilayah Minangkabau sebelum Ramadhan, ada satu tradisi yang bisa Anda ikuti. Tradisinya adalah Bali Mau. Masyarakat Minangkabau di dasar atau di sungai disebut Balimau, di mana mereka melakukan ritual mandi bersama dengan permintaan maaf. Tradisi ini dipercaya dapat mensucikan pikiran sebelum menyambut bulan suci.
Jika Anda menghadiri acara ini, Anda harus mengikuti aturan yang berlaku, termasuk berpakaian sopan dan sopan santun.
6. Pesta Tabuk
Tapwick Party merupakan acara tahunan yang telah berlangsung di Tanah Minang sejak abad ke-19. Tabuik atau Tabot, yang berarti kotak kayu, adalah istilah yang mengacu pada legenda bahwa makhluk berbentuk kuda dengan sayap dan kepala manusia adalah Barq. Upacara ini dilaksanakan pada tanggal 10 Muharram untuk memperingati wafatnya cucu Nabi Muhammad Husein bin Ali bin Abi Thalib.
Ada dua jenis festival: Tabuk Basa dan Tabuk Subarang, yang berasal dari Teluk Paria. Taboksik terdiri dari 7 rangkaian yang berujung pada penerapan Taboik Panjat Bangbaek, disusul dengan Tabuk Hoyak. Upacara penutupan pergi ke Pantai Gondoria untuk berlayar ke laut.
7. Makan Babamba
Tradisi makan Pagamba merupakan tradisi genetik orang Minangkabau, yaitu makan bersama di tempat khusus yang telah diidentifikasi. Acara ini biasanya diadakan karena ada acara penting seperti pernikahan dan acara keagamaan. Perjamuan Paganba dihadiri oleh puluhan ribu orang dan kemudian dibagi menjadi beberapa kelompok kecil. Kelompok-kelompok tersebut kemudian dibentuk menjadi lingkaran atau kolom dengan makanan yang disediakan. Makan Paganba secara harfiah berarti sangat dalam. Hal ini dikarenakan tradisi makan bersama menciptakan ikatan tanpa memandang perbedaan status sosial.